Air dan Peradaban Manusia
Setiap tanggal 22 Maret selalu diperingati hari air internasional. Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Sebagaimana dalam berbagai penelitian medis, orang yang tidak minum air selama 3 hari berturut-turut akan menyebabkan kematian namun seseorang baru akan mati jika dia tidak makan selama 3 minggu. Meskipun kita tahu bahwa air dan makanan sama-sama merupakan kebutuhan pokok bagi manusia, namun ternyata air jauh lebih dulu diutamakan dari pada makanan. Hal ini menggambarkan betapa penting esensi air bagi kehidupan manusia.
Sistem Bumi
Air (hidrosfer) di muka bumi ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari komponen-komponen lain yang mendukung berjalannya sistem lingkungan kebumian. Sistem lingkungan kebumian tidak terdiri dari hidrosfer saja namun juga terdiri dari komponen lain yang saling berinteraksi dan berinterdependensi seperti litosfer, biosfer dan atmosfer. Ke–empat komponen-komponen tersebut saling “melengkapi dan memberi” dalam mendukung terjadinya sistem lingkungan kebumian. Jika ada salah satu komponen tersebut rusak maka lambat laun juga akan menyebabkan kerusakan pada komponen yang lain sehingga pada akhirnya juga akan merusak sistem bumi.
Pada dasarnya kuantitas air di muka bumi ini tetap, hanya saja kita sering merasakan suatu tempat terjadi kekurangan air (kekeringan) atau tempat yang lain mengalami kelebihan air (banjir). Hal ini disebabkan oleh karena distribusi air yang berbeda antara tempat satu dengan tempat yang lain dan juga wujud dari air itu sendiri yang berdasarkan sifatnya bisa berupa gas, cair (liquid) serta padat (es/solid). Menurut penelitian US Geological Survery, jumlah air di bumi ini 97% berupa air laut (samudera) dan 3 % air tawar (fresh water). Kemudian, dari 3% fresh water tersebut 68,7% merupakan air es atau gletser, 30,1% air tanah, dan 0,3% berupa air permukaan (danau, rawa, sungai) serta 0,9% merupakan air yang lainnya (uap air, embun dsb). Jadi, dari sekian banyak air tersebut kurang dari 3 % saja yang praktis bisa dimanfaatkan oleh manusia sebagai sumber kehidupan.
Peradaban manusia
Manusia merupakan pengguna air terbesar di muka bumi. Air digunakan untuk berbagai kepentingan seperti aktifitas domestik, pertanian hingga industri. Penggunaan air yang wajar tidak akan berdampak pada terjadinya perubahan negatif terhadap lingkungan sebagaimana yang terjadi pada zaman dulu saat manusia belum mengenal teknologi. Perubahan negatif artinya terjadinya degradasi pada fungsi air. Saat ini manusia sudah semakin maju dengan teknologi, maka eksploitasi terhadap sumber daya air semakin besar. Semakin tinggi tingkat peradaban manusia, maka semakin tinggi pula tingkat eksploitasi terhadap sumber daya alam di muka bumi, termasuk ekspoitasi terhadap air. Oleh karena itu dengan tingginya pemanfaatan air, maka semakin tinggi pula potensi penurunan fungsi air misalnya terjadi pencemaran air permukaan ataupun air tanah.
Akhir-akhir ini D.I.Yogyakarta sering terjadi krisis air. Ketersediaan air bersih jumlahnya menurun karena dampak dari adanya pencemaran air permukaan maupun air tanah. Sejak tahun 2015, 87% PDAM Yogyakarta menggunakan air tanah sebagai sumber utama. Sedangkan hampir separuh masyarakat D.I.Yogyakarta menggunakan air tanah sebagai sumber air minumnya. Hal ini dapat memicu permasalahan yang krusial bagi yang berkepentingan. Sedangkan pada musim penghujan banjir terjadi di mana-mana. Pada akhir tahun 2017 lalu hujan deras yang terjadi di wilayah DIY, menyebabkan longsor dan banjir di sejumlah titik di empat kabupaten yaitu Sleman, Bantul, Gunungkidul dan Kulon Progo. Banjir dapat menyebabkan sejumlah kerugian seperti rumah rusak, akses jalan putus, fasilitas pendidikan, dan pengungsian warga.
Melihat hal demikian perlu adanya keseriusan dari pemerintah dan masyarakat untuk sama-sama menjaga dan melestarikan keberadaan air di lingkungan kita. Untuk itu bertepatan dengan momen hari air sedunia, mari kita berusaha searif dan sebijak mungkin dalam memanfaatkan air. Ingatlah anak cucu dan generasi yang lahir setelah kita, mereka semua juga membutuhkan air.
(Dian Hudawan Santoso, S.Si, M.Sc. Dosen Jurusan Teknik Lingkungan, FTM, UPN “Veteran” Yogyakarta dan Alumnus Sps Ilmu Lingkungan UGM)